Jum'at, 05 Oktober 2012 | 23:00 WIB
Oleh: Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA
Sejak
Rasulullah SAW mengajak umat manusia untuk beriman kepada Allah SWT,
maka sejak itu pula caci maki dan hinaan datang bertubi-tubi menghampiri
Nabi SAW. Bahkan hinaan tersebut tidak berhenti dengan wafatnya Nabi
SAW, melainkan terus berlanjut hingga saat ini.
Hinaan
terhadap Nabi SAW bukan karena beliau rendah dan hina, bukan juga
karena beliau salah dan berdosa, bukan pula karena beliau menyakiti dan
menganiaya, pun bukan karena beliau merampas dan memaksa,
karena Nabi SAW sangat mulia daripada sifat-sifat tercela macam itu.
Akan tetapi hinaan terhadap Nabi SAW hanya karena beliau berda'wah di
jalan Allah SWT dan mengajak umat manusia untuk beriman kepada-Nya.
Cara
Rasulullah SAW dalam menyikapi aneka penghinaan pun beragam. Ada yang
beliau diamkan. Ada juga yang beliau doakan. Ada pula yang beliau
nasihati atau peringatkan. Dan ada juga yang beliau beri hukuman. Bahkan
ada yang dibunuh akibat penghinaannya yang sudah kelewat batas. Semua
itu melalui pertimbangan khusus Rasulullah SAW.
PERIODE MEKKAH
Saat
di Mekkah, tak satu pun penghinaan yang dibalas oleh Rasulullah SAW.
Beliau tak membalas bukan karena tak mampu membalas. Jika Nabi SAW mau
membalas, maka beliau hanya tinggal angkat tangan berdoa kepada Allah
SWT untuk menghukum segera musuhnya.
Akan
tetapi beliau tak membalas karena sejumlah alasan, antara lain :
Pertama, beliau sabar dan tegar dalam da'wah. Kedua, beliau berada di
permulaan jalan da'wah Islam, sehingga harus ditata dengan tenang dan
penuh kesejukan. Ketiga, di permulaan Islam jumlah umat Islam masih
sangat sedikit, sehingga Nabi SAW harus lebih hati-hati melindungi
umatnya agar tak jadi korban perlawanan terhadap penghinaan tersebut.
Keempat, Rasulullah SAW sedang mendidik umat tentang bagaimana sikap
yang betul terhadap penghinaan pada saat menjadi minoritas tertindas.
Kelima, Rasulullah SAW seorang yang sangat cerdas, sehingga tahu betul
kapan harus ikut arus dan kapan harus melawan arus, serta beliau paham
betul kapan harus diam dan kapan harus mengambil tindakan.
Bahkan
saat beliau diusir dari kota Thoif dengan penghinaan dan penganiayaan,
ketika Malaikat datang meminta izin untuk menghancurkan kota Thoif
karena peristiwa keji tersebut, beliau langsung mencegah seraya berkata :
"Jangan ! Bahkan aku berharap agar lahir dari keturunan mereka generasi
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya."
Dalam
peristiwa tersebut bukan saja menunjukkan kesabaran dan ketabahan Nabi
SAW yang luar biasa, namun juga kearifan dan kebijakan Nabi SAW.
Perlakuan penduduk Thoif terhadap Nabi SAW merupakan akibat dari
propaganda Kafir Quraisy Mekkah, sehingga mereka hanya merupakan korban
provokasi. Karenanya, mereka tak layak dibalas atau dihukum, bahkan
patut dikasihani. Itulah sebabnya, Rasulullah SAW mencegah Malaikat agar
tidak menghancurkan mereka, bahkan dengan air mata Nabi SAW berdoa
untuk agar keturunan mereka kelak menjadi generasi orang yang beriman.
Dan begitulah faktanya, hingga kini tak satu pun penduduk kota Thoif
yang tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
PERIODE MADINAH
Pada
periode Madinah, ada sejumlah penghina Nabi SAW dibiarkan tanpa dibalas
atau dihukum, namun tidak sedikit para penghina Nabi SAW yang dibunuh
atau dihukum mati atas perintah beliau.
Abdullah
bin Ubay bin Salul yang terkenal sebagai Biang Munafiqin di Madinah,
sering sekali menghina Nabi SAW dan kaum muslimin. Hinaannya dinilai
banyak Shahabat sudah kelewat batas, sehingga mereka minta izin Nabi SAW
untuk membunuhnya. Namun permintaan tersebut ditolak Nabi SAW seraya
berkata : "Agar supaya tidak ada orang yang berkata Muhammad membunuh
para Shahabatnya". Disini, Rasulullah SAW tidak membalas atau menghukum
Si Biang Munafiqin melalui "pertimbangan khusus" untuk "siasat da'wah"
dan "meredam fitnah".
Selain
itu, ada seorang kafir yang sering meludahi Nabi SAW saat beliau
melewati rumahnya, namun tak dibalas oleh Nabi SAW, karena dianggap
semata-mata hanya urusan pribadi, bukan urusan agama. Bahkan ketika si
kafir tersebut sakit, justru Nabi SAW membesuknya. Masalah pribadi tak
layak dihadapi dengan kemarahan, tapi sudah semestinya dihadapi dengan
kesabaran.
Ada
lagi seorang pengemis buta di pasar yang setiap hari mengumpat Nabi
SAW, namun setiap hari pula Nabi SAW berderma untuk si pemgemis
tersebut. Rasulullah SAW tidak mengambil peduli dengan umpatan si
pengemis, karena dianggap hanya merupakan luapan emosi akibat
kebodohannya. Orang bodoh tak pantas dihukum, tapi sepatutnya
dida'wahkan.
ATAS PERINTAH RASULULLAH SAW
Mereka
yang dibunuh atas perintah atau izin dari Nabi SAW, karena
penghinaannya terhadap beliau atau terhadap ajaran Islam, yang sudah
tidak bisa ditolerir lagi, antara lain : Pertama, Nabi Palsu Abhalah
ibnu Ka'ab ibnu 'Auf Al-Aswad Al-Ansi di Yaman yang dibunuh oleh seorang
pemuda bernama Fairuz atas dasar surat Nabi SAW untuk kaum muslimin
Yaman.
Kedua,
Nabi Palsu Musailamah Al-Kadzdzab dari Najed, yang diancam Nabi SAW
untuk diperangi. Lalu baru pada zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq RA
ancaman Rasulullah SAW tersebut bisa dilaksanakan melalui pengiriman
pasukan Islam di bawah pimpinan Sayyiduna Khalid ibnu Al-Walid RA.
Akhirnya, Musailamah Al-Kadzdzab dan pengikutnya berhasil dibasmi.
Ketiga,
Ka'ab ibnu Al-Asyraf yang selalu menghina Nabi SAW di berbagai
kesempatan. Ia dibunuh oleh Muhammad bin Maslamah RA atas perintah Nabi
SAW, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari rhm hadits
ke-4.037 dan Shahih Muslim rhm hadits ke-1.801, yang
bersumber dari Jabir bin Abdillah RA. Hal ini diriwayatkan juga oleh Abu
Daud, An-Nasai dan Al-Humaidi, rohimahumullah.
Keempat,
Abu Rafi' Abdullah ibnu Abi Al-Huqaiq yang sering menghina dan menista
Nabi SAW di berbagai tempat. Ia dibunuh oleh beberapa orang Anshor atas
perintah Nabi SAW, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari rhm
hadits ke-4.038 s/d 4.040 yang bersumber dari Al-Barra bin 'Azib RA. Dan
diriwayatkan juga oleh Ibnu Ishaq, Ibnu Hisyam, Al-Waqidi, Ibnu Sa'ad,
Ath-Thabari dan Ad-Dimyathi, rohimahumullah.
Kelima,
seorang musyrik yang dibunuh Sayyiduna Zubair ibnu 'Awwam RA dan
seorang kafir yang dibunuh Sayyiduna Khalid ibnu Al-Walid RA. Keduanya
dibunuh atas perintah Nabi SAW karena penghinaan keduanya terhadap
beliau. Kedua kejadian diriwayatkan oleh Imam Abdurrazaq rhm dalam kitab
Mushonnaf. Kisah Zubair RA diriwayatkan juga oleh Abu Nu'aim
Al-Ishfahani rhm dalam kitab Al-Hilyah. Sedang kisah Khalid RA
diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqi rhm dalam Sunannya dan Ibnu Hazm rhm
dalam kitab Al-Muhalla.
MERAIH RESTU RASULULLAH SAW
Mereka
yang dibunuh para Shahabat karena penghinaannya terhadap Nabi SAW, lalu
Shahabat yang membunuh dibebaskan oleh Nabi SAW dari tuntutan, bahkan
direstui oleh beliau, antara lain :
Pertama,
Abu 'Afak yang dibunuh oleh Salim ibnu 'Umair An-Najjar RA karena
menghina dan mencemooh Nabi SAW. Lalu beliau tidak menghukumnya, bahkan
membebaskannya tanpa syarat, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Waqidi,
Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam, rohimahumullah.
Kedua,
Ashma' binti Marwan yang dibunuh oleh 'Umair ibnu 'Adi Al-Khatmi RA
karena menghina Nabi SAW dan menista Islam. Lalu Rasulullah SAW
memujinya dan menyatakan bahwasanya 'Umair telah membela Allah SWT dan
Rasul-Nya, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Waqidi rhm dalam Tarikhnya
dan Ibnu Hajar rhm dalam kitab Al-Ishobah.
Ketiga,
seorang hamba sahaya yang dibunuh tuannya yang tunanetra karena selalu
menghina Nabi SAW. Lalu beliau mengumumkan di depan para Shahabat bahwa
wanita tersebut layak dan pantas dibunuh, sehingga si pembunuh
dibebaskan. Kisah ini diceritakan oleh Abdullah ibnu 'Abbas RA,
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud rhm dalam Sunannya hadits
ke-4.361. Dan diriwayatkan juga oleh An-Nasai, Al-Hakim, Ad-Daraquthni
dan Al-Baihaqi, rohimahumullah.
Keempat,
seorang wanita Yahudi yang dicekik hingga mati oleh seorang muslim
karena menghina Rasulullah SAW, lalu beliau menyatakan kehalalan darah
wanita tersebut untuk ditumpahkan. Kisah ini diceritakan oleh Sayyiduna
Ali ibnu Abi Thalib krw, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud rhm
dalam Sunannya hadits ke-4.362. Dan diriwayatkan juga oleh Ahmad rhm dan
Baihaqi rhm.
Kelima,
Jin Kafir yang bernama Mis'ar dibunuh oleh Jin Muslim yang bernama
Samhaj karena telah melecehkan yang haq dan menistakan Rasulullah SAW.
Samhaj pun dipuji oleh Nabi SAW dan diganti namanya menjadi Abdullah.
Kisah ini diceritakan langsung oleh Rasulullah SAW, sebagaimana
diriwayatkan oleh Abu Nu'aim Al-Ishfahani rhm dalam kitab Ad-Dalail dan
Al-Fakihi rhm dalam kitab Akhbar Mekkah yang bersumber dari Abdullah
ibnu Abbas RA. Jin Muslim tersebut dikatagorikan Shahabat Nabi SAW oleh
Ibnu Hajar dalam kitab Al-Ishobah dan Ibnu Al-Atsir dalam kitab Usud
Al-Ghobah.
IJMA' SHAHABAT
Diriwayatkan
oleh Al-Qodhi 'Iyadh rhm dalam kitab Asy-Syifa' dan Ath-Thabrani rhm
dalam Al-Mu'jam Al-Ausath dan Al-Mu'jam Ash-Shoghir, sebuah hadits
dengan Silsilah Sanad Emas yang bersumber dari Ali Ar-Ridho dari Musa
Al-Kazhim dari Ja'far Ash-Shodiq dari Muhammad Al-Baqir dari Ali Zainal
Abidin dari Al-Husain dari Ali ibnu Abi Thalib, rodhiyallahu 'anhum,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang mencerca Nabi
maka bunuhlah ia, dan barangsiapa yang mencerca Shahabatku maka pukullah
ia".
Karenanya,
tidak ada perbedaan pendapat di antara para Shahabat, rodhiyallahu
'anhum, tentang Hukum Mati Penghina Nabi. Sejumlah riwayat menceritakan
dengan tegas dan jelas tentang sikap para Shahabat terhadap para
penghina Nabi SAW, antara lain :
Pertama,
Sayyiduna Abu Bakar Ash-Shiddiq RA melarang Abu Barzah RA membunuh
penghina beliau, tapi memerintahkannya untuk membunuh penghina
Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud rhm dalam
Sunannya hadits ke-4.363. Dan kisah ini diriwayatkan juga oleh An-Nasai,
Al-Hakim, Ahmad, Al-Baihaqi, Al-Humaidi dan Abu Ya'la, rohimahumullah.
Kedua,
Sayyiduna Umar ibnu Al-Khaththab RA yang terkenal sebagai Shahabat Nabi
SAW yang tegas dan pemberani, serta sebagai Khalifah yang adil. Beliau
pernah mengatakan : "Barangsiapa mencerca Allah atau mencaci salah satu
Nabi, maka bunuhlah ia !". Atsar ini diriwayatkan oleh Al-Karmani rhm
yang bersumber dari Mujahid rhm.
Ketiga,
Sayyiduna Abdullah ibnu Umar RA tatkala mendengar kabar tentang seorang
kafir dzimmi yang menghina Rasulullah SAW, maka beliau pun berkata
dengan lantang : "Jika aku mendengarnya, niscaya aku bunuh dia !
Tidaklah kami berdamai dengan mereka untuk mencerca Nabi kami !". Atsar
ini diriwayatkan oleh Al-Khollal dalam kitab Jami'nya,
Keempat,
Sayyiduna Khalid ibnu Al-Walid RA pernah membunuh Malik ibnu Nuwairoh
karena ia menyebut nama Rasulullah SAW dengan ungkapan "Shahabat kalian
!" yang mengandung unsur penghinaan, sebagaimana diriwayatkan oleh
Al-Qodhi 'Iyadh rhm dalam kitab Asy-Syifa'. Lalu ketika peristiwa itu
dilaporkan ke Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, beliau pun membenarkan
tindakan Khalid RA. Bahkan Adh-Shiddiq RA menyatakan bahwasanya jika
beliau yang mendengar ungkapan tersebut, niscaya beliau yang akan
membunuhnya.
Kelima, Sayyiduna Abdullah ibnu Abbas RA yang terkenal dengan keluasan ilmu dan kepandaiannya, pernah menyatakan bahwasanya seorang
muslim yang mencerca Rasulullah SAW mesti dituntut bertaubat, jika
menolak maka dibunuh, sedang seorang kafir yang mencaci Rasulullah SAW
maka ia dibunuh. Atsar ini diriwayatkan oleh Al-Karmani rhm yang
bersumber dari Laits rhm.
I'TIBAR
Dari
semua riwayat Hadits mau pun Atsar yang telah dipaparkan di atas, maka
kita mendapatkan pelajaran yang amat berharga dalam penyikapan terhadap
penghinaan dalam aneka ragam situasi dan kondisi.
Pertama,
Sikap Rasulullah SAW terhadap hinaan orang mengandung dua kemungkinan,
yaitu : hinaan terhadap beliau sebagai seorang manusia sehingga menjadi
"Urusan Pribadi", atau hinaan terhadap beliau sebagai seorang nabi
utusan Allah SWT sehingga menjadi "Urusan Agama". Jika hinaan tersebut
hanya sebatas "Urusan Prinadi", maka dengan mudah Nabi SAW memaafkan
atau tidak mempedulikannya. Namun jika hinaan tersebut menjadi "Urusan
Agama", maka niscaya Nabi SAW menghukumnya, kecuali apabila ada
pertimbangan khusus tertentu sebagai Strategi Da'wah untuk meredam
fitnah.
Kedua,
Sikap Para Shahabat, rodhiyallahu 'anhum, terhadap para penghina. Jika
diri mereka yang dihina, maka mereka menahan diri dan banyak memaklumi
karena itu hanya "Urusan Pribadi", sebagaimana dicontohkan Nabi SAW.
Namun jika Rasulullah SAW yang dihina, maka mereka sepakat bahwasanya
hinaan terhadap Nabi SAW di hadapan mereka bukan lagi "Urusan Pribadi",
melainkan sudah jadi "Urusan Agama". Karenanya, para Shahabat Nabi SAW
bersikap tegas dan keras terhadap siapa saja yang menghina Rasulullah
SAW, baik semasa hidup Nabi SAW mau pun setelah wafatnya.
Ketiga,
Sikap Umat Islam terhadap hinaan orang. Jika diri pribadi yang dihina
orang, maka harus bisa menahan diri dan banyak memaklumi, sebagaimana
dicontohkan Rasulullah SAW dan para Shahabatnya. Namun jika Rasulullah
SAW yang dihina, maka itu bukan lagi "Urusan Pribadi", tapi sudah jadi
"Urusan Agama", maka wajib disikapi dengan tegas, sebagaimana
dicontohkan Nabi SAW dan para Shahabatnya, kecuali ada pertimbangan
khusus yang dibenarkan Syariat. Bahkan hinaan terhadap para Shahabat
pun, teristimewanya Muhajirin dan Anshor serta yang mengikutinya dengan
Ihsan, wajib disikapi dengan tegas, karena hinaan terhadap mereka di
hadapan umat Islam bukan lagi "Urusan Pribadi", melainkan sudah menjadi
"Urusan Agama".
KEPANIKAN BARAT
Di
zaman modern sekarang ini, tatkala Islam makin menyebar ke seantero
dunia, maka musuh-musuh Islam menjadi "panik" menghadapi kenyataan
tersebut. Akibatnya, kebencian musuh-musuh Islam terhadap Islam semakin
menjadi-jadi. Penghinaan terhadap Rasulullah SAW pun terjadi hampir
setiap hari di seluruh negara Barat. Penghinaan tersebut dilakukan
dengan berbagai macam cara melalui penggunaan aneka media modern dan
sarana canggih.
Dari
kalangan atas sampai bawah, para musuh Islam berlomba-lomba menghujat
Rasulullah SAW. Di kalangan cendikiawan dan akademisi mereka, penghinaan
terhadap Nabi SAW dilakukan atas nama penelitian dan tesis ilmiah. Di
kalangan seniman dan budayawan mereka, penghinaan terhadap Nabi SAW
dilakukan atas nama kebebasan berekspresi. Di kalangan politisi dan
praktisi hukum mereka, penghinaan terhadap Nabi SAW dilakukan atas nama
HAM.
Setiap
hari dengan mudah didapatkan penghinaan terhadap Nabi SAW melalui
hampir semua jejaring sosial dan jaringan internet, mulai dari hinaan
halus terselubung hingga hinaan kasar dan kotor. Dari karikatur hingga
komik, dari koran hingga majalah, dari theatrikal hingga film, semuanya
menjadi media penghinaan terhadap Nabi SAW.
Selama
ini, secara umum negara-negara Barat tidak pernah mengambil tindakan
apa pun terhadap para penghina Nabi SAW di negeri mereka. Bahkan para
penghina Nabi SAW tersebut dilindungi dan dibela, seperti Salman Rushdi
yang selalu dijaga agen rahasia Inggris dan AS serta Israel. Selama ini
juga, Umat Islam pun belum terlalu kompak untuk marah dan melakukan
perlawanan terhadap kebijakan Barat yang selalu memberi ruang untuk
penghinaan terhadap Nabi SAW.
Menariknya,
semakin Islam dihujat, maka semakin banyak masyarakat Barat yang ingin
mempelajari Islam. Semakin Nabi SAW dihina, maka semakin banyak pula
masyarakat Barat yang ingin mengenalnya lebih mendalam. Keadaan ini
telah membuat Barat semakin "panik" menghadapi perkembangan Islam di
seluruh dunia.
Tatkala
negara-negara Islam yang tergabung di dalam OKI (Organisasi Konferensi
Islam) pada tanggal 26 Maret 2009 menyepakati Konvensi PBB di Jeneva -
Swiss tentang pengkatagorian penistaan agama sebagai pelanggaran HAM,
maka kala itu negara-negara Barat kompak menolaknya.
UU PENISTAAN AGAMA
Kini,
tatkala bermunculan film-film penghinaan terhadap Nabi SAW secara
gencar di laman Youtube, seperti "Muhammad Movie Trailer" dengan durasi
13 menit 51 detik, dan "The Real Life of Muhammad" dengan durasi 13
menit 3 detik, serta yang paling anyar yaitu film "The Innocence of
Muslims" yang telah memicu kemarahan umat Islam di berbagai negara.
Bahkan di Libia, Duta Besar AS terbunuh bersama tiga stafnya dalam aksi
protes terhadap film tersebut. Maka, "kepanikan" negara-negara Barat
mulai mencapai puncaknya.
Pemerintah
AS untuk meredam kemarahan umat Islam mulai memeriksa dan menahan semua
yang terlibat dalam pembuatan film penghinaan terhadap Nabi SAW
tersebut. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan AS selama ini. Bahkan
pemerintah AS mulai sibuk memasang iklan tentang seruan anti penistaan
agama yang menelan biaya puluhan ribu dolar AS. Lain lagi dengan
pemerintah Perancis yang terpaksa harus menutup kedutaannya di 20 negara
akibat pemuatan gambar penghinaan terhadap Nabi SAW di sebuah majalah
Perancis yang bernama Charlie Hebdo.
Kepanikan
negara-negara Barat menjadi peluang bagi negara-negara Islam untuk
mendorong PBB mengeluarkan putusan Konvensi PBB tentang Pelarangan
Penistaan Agama. Di akhir September 2012, Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pidatonya di Majelis Umum PBB menyerukan tentang
perlunya Konvensi dan Protokol PBB tentang Pelarangan Penistaan Agama.
Seruan SBY tersebut disambut hangat oleh negara-negara OKI. Sementara
negara-negara Barat masih kebingungan di tengah persimpangan, apakah
tetap mempertahankan kebebasan penistaan agama dengan dalih HAM, ataukah
menyetujui pelarangan penistaan agama dengan argumentasi untuk
melindungi semua agama dari penistaan, sekaligus untuk menumbuh-suburkan
keharmonisan hubungan antar umat beragama.
Sebagai
umat Islam Indonesia tentu sangat bangga dengan Presidennya yang secara
lantang menyerukan PBB membuat Konvensi dan Protokolnya tentang
Pelarangan Penistaan Agama. Namun pada saat yang sama, umat Islam
Indonesia sangat kecewa terhadap sang Presiden, karena hingga saat ini
tak sudi mengeluarkan Keppres Pelarangan dan Pembubaran Ahmadiyah mau
pun Liberal. Padahal Ahmadiyah dan Liberal itu aliran sesat menyesatkan
yang telah menodai dan menistakan agama Islam. Ironis, sikap lunak SBY
tehadap Ahmadiyah dan Liberal, justru bertolak belakang dengan apa yang
diserukannya di Majelis Umum PBB tentang Pelarangan Penistaan Agama.
KESIMPULAN
Islam melarang keras penistaan dan penodaan terhadap agama apa pun. Agama
mana pun tidak boleh dinistakan dengan cacian dan cercaan, sebagaimana
amanat Allah SWT dalam Surat Al-An'am ayat 108. Apalagi penistaan dan
penodaan terhadap agama Islam.
Penghinaan
terhadap seseorang yang dimuliakan oleh suatu agama berarti menista
agama itu sendiri. Dengan demikian, bahwasanya penghinaan terhadap
Rasulullah SAW berarti menistakan dan menodai ajaran agama Islam.
Bagi umat Islam sudah jelas bahwasanya siapa saja yang menyakiti Rasulullah SAW akan
mendapat azab yang pedih, dan masuk Neraka serta kekal di dalamnya
(QS.9.At-Taubah : 61-63). Para Penghina Nabi SAW dilaknat dunia dan
akhirat, serta dapat azab yang menghinakan, lalu jika mereka tidak mau
bertobat maka mereka terlaknat dimana saja mereka berada, dan mesti
ditangkap serta dibunuh. (QS.9.Al-Ahzab : 57-61).
Karenanya,
bagi umat Islam juga sudah jelas bahwa segala bentuk penghinaan
terhadap Rasulullah SAW harus disikapi dengan tegas dan jelas sesuai
kemampuan masing-masing. Bagi yang mampu melakukan perlawanan
diplomatik, maka lawanlah secara diplomatik. Bagi yang mampu melawan
dengan pena, maka sebar luaskanlah tulisannya yang membela Nabi SAW.
Bagi yang mampu aksi turun ke jalan berdemonstrasi untuk mengutuk
penghinaan terhadap Nabi SAW, maka segera lakukan.
Dan
bagi mereka yang mampu mencari, memburu, menangkap dan membunuh para
penghina Nabi SAW, maka lakukanlah. Bahkan bagi mereka yang hanya mampu
berdoa sekali pun, maka bangunlah di tengah malam bermunajat kepada
Allah SWT, mohon pertolongan-Nya untuk menghancurkan para penghina
Rasulullah SAW. Yang penting adalah bagaimana pun bentuk perlawanan umat
Islam menentang penghinaan terhadap Nabi SAW, maka wajib dilakukan
dengan tulus dan ikhlas, serta ditujukan hanya untuk meninggikan Kalimat Allah SWT demi meraih Ridho-Nya. [slm/fpi]
Sumber : Suara-Islam.COM
Comments (0)
Posting Komentar